” Kematian bukanlah hal yg harus ditangisi, disedihi, dsb. Kematian itu merupakan peristiwa sakral, suci, seorang hamba yg kembali kepada Sang Pencipta.... ”

Kamis, 06 Januari 2011

kenapa?

Sejak lahir sampai remaja, saya tinggal di  Endonesia. Karena tinggal di Endonesia, saya pun fasih berbicara menggunakan bahasa Endonesia, hafal beberapa suku bangsa dan lagi daerah yang ada di Endonesia, dan kalau ditanya “Kamu tinggal di negara mana?”, saya dengan bangga menjawab “Endonesia”.
Hingga suatu hari saat menyanyikan lagu Endonesia Raya dengan penuh kebanggaan, ada yang protes, “Endonesia itu di mana ya? Setahu saya tidak ada di peta deh.”
Saya cek. Memang benar, di peta tidak ada negara bernama Endonesia, tetapi Indonesia. Lagu kebangsaan yang ada di dunia ini pun bukan Endonesia Raya, tetapi Indonesia Raya.
Saya bengong, jadi selama ini saya tinggal di mana ya? Ciri-ciri negara tempat saya tinggal adalah memiliki keanekaragaman budaya, benderanya berwarna merah dan putih, hari kemerdekaannya 17 Agustus 1945, memiliki banyak pulau, tanahnya subur dan indah. Negara yang memiliki ciri-ciri seperti itu adalah Indonesia. Orang bule pun suka menyebut-nyebut “Indonesia”, bukan “Endonesia”.
Jadi saya tinggal di Indonesia, bukan Endonesia.
Entah siapa yang memelopori pengucapan “Endonesia”. Dan semua orang latah mengucapkan demikian. Padahal sudah jelas tertulis “Indonesia”, dengan huruf “i”. Bukan “Endonesia”, dengan huruf “e”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...